"Seorang single parent itu memang berat, berat sekali. Apalagi saya juga harus berjuang untuk memotivasi kedua anak saya . itu bukan sesuatu yang mudah berperan sebagai ibu sekaligus sebagai ayah baik itu dari segi moril maupun materi," kata Maria Sutiani , ketika di wawancara Selasa (30/05).
Menjadi single parent pada tahun 1999 tepat di usianya 30 tahun dan bekerja sebagi guru bahasa indonesia di salah satu sekolah menengah atas negeri di Padang, tidak menutup kemungkinan Maria untuk menghasilkan berjuta karya dan menuai prestasi. Masalah yang Ia hadapi justru membuat nya bersemangat dengan cara berkarya.
Sebagian orang banyak menjadikan titik berat di kehidupan mereka sebagai alasan untuk terpuruk dan berharap mendapatkan rasa iba dari orang lain. Single parent kerap kali menimbulkan ego di dalam diri orang yang meyandang nya dan lupa bahwa Ia memiliki tanggung jawab lain . Maria selalu mendidik dan menjadikan anak nya terlahir sebagai pribadi yang kuat dan tidak menyalahkan keadaan sebagai tameng mereka untuk tidak bangkit .
Tidak dipungkiri naluri perempuan yang kadang menuntut untuk memiliki pasangan sebagai tempat berbagi keluh kesah dan teman cerita bukan hambatan untuk Ia mundur dari mimpi yang Ia bangun selama ini .Tidak hanya itu, persaingan di dunia kerja yang tidak sehat juga merupakan salah satu kerikil dalam perjalanan hidup yang Ia dihadapi. "kemudian kompetisi didalam dunia pekerjaan yang tidak sehat diantara kita dengan teman yang kadang sering kali terjadi suatu istilahnya saling sudut menyudutkan diantara teman . saling menghalangi aktivitas meraih sebuah prestasi didunia kerja," ujar Maria.
Meraih Prestasi
Kondisi terburuk dalam kehidupan yang justru menjadi sumber motivasi agar lebih terpacu meraih prestasi yang membuat Ia menjadi pribadi yang beda dengan orang lain. Dalam pandangannya setiap masalah yang dihadapi merupakan wujud kecintaan Sang Pencipta.
Dengan menyibukan diri dan menjalani semua sebagai wujud syukur merupakan kunci dalam perjalanan menraih prestasi nya selama ini . Begitu banyak cacatan prestasi yang Ia raih dari awal perjalan karir Maria bahkan setelah ia menyandang status sebagai single parent.
"Kemudian pernah juga juara tiga menulis ulasan novel belenggu tingkat provinsi dan diundang juga ke tingat nasional, dan saat ini aktivitas saya di tahun 2015 saya sudah menghasilkan dan itu adalah prestasi saya dibidang bahasa sesuai dengan jurusan terakhir saya , sudah menghasilkan kumpulan puisi yang berjudul akulah karang . Juara 1 paduan sura antar dramawanita sebegai pemimpin nyanyi, dan juara satu solo song putri dramawanita 2016. Di tahun 2016 sebagai pelengkap nilai kinerja saya. Saya juga sudah menulis tiga buah artikel popule yang berjudul, guru baik hati, percaya diri mengajar bahasa, dan trik meminimalisir menyontek sesuai dengan jurusan terakhir saya pendidikan bahasa, semua artikel-artikel yang saya tulis itu sudah di publikasikan di perpustakaan," kata Maria.
Dibalik semua prestasi yang Ia raih ada sosok seorang dari masa lalu yang mendorong dengan sebuah kalimat sederhana namun memiliki banyak makna dan sumber semangat nya. "ada, sosok yang mungkin sangat sederhana sekali seorang dimasa lalu saya , teman dekat yang pernah menghadiahkan saya sebuah moto hingga saat ini saya pegang terus dikala saya sedang jatuh yaitu “ hidup ini berjalan kedepan, tidak tunduk meskipun terjatuh," tutup Maria .
MARIA SURTIANI
Lahir :
Jakarta,23 April 1968
Suami:
Yurman Mansyur (Alm)
Anak :
2 Orang
Pekerjaan :
Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Kota Solok
Penghargaan :
Juara 1 tingkat Provinsi sebagai pendamping karya ilmiah honda best student
Tidak ada komentar:
Posting Komentar